Saturday, 9 May 2015

Untuk Kamu, yang Melihat Kotak Merah pada Sebuah Website


Dulu, aku (iya ganti kata gue jadi aku lagi, he he) pernah ngerasain yang namanya lemes cuman karna ngeliat kotak berwarna merah di sebuah website. Bukan sekedar website, karna itu adalah website SNMPTN. Sama seperti apa yang kamu, adik-adik kelasku, rasain. Nggak ada lagi semangat hidup, berasa masa depan ini suram sekali, udah nggak ada lagi jalan buat ngebahagiain orang tua lagi, nyesel dengan semua yang pernah dilakuin di masa lalu. Waktu itu, kesedihan sewaktu melihat sebuah kotak merah tanda tidak lolos itu malah aku rasain sewaktu ada di puncak Bromo. Semangat liburan malah jadi semangat pengen nyeburin diri ke kawah. Yang tadinya seneng banget liburan seru, ngeliat tai kuda pun berasa bongkahan coklat, sewaktu turun ngeliat coklat jadi berasa tai kuda! Rasanya pengen cepet-cepet balik ke Surabaya, masuk ke kamar dan nangis dipojokan.

Dengan sedikit banyak keraguan dan rasa takut yang berlebihan, kukabari orang tua di Surabaya. Entahlah, kurang paham dengan apa yang mereka rasakan, kedua orang tuaku dengan sabarnya berkata; yaudah, mungkin bukan jalannya. Swasta masih banyak di Surabaya. Denger kata-kata orang tua yang seakan nggak ada kecewanya dengan kegagalan ini, badan ini rasanya jadi kepukul. Mungkin aku terlalu percaya diri dengan apa yang udah aku jalanin di masa sekolah dulu. Dan itu memang tidak bisa dibantah lagi. Lemas, sedih, kecewa, air mata, dan putus asa ini cuman nunjukin bahwa kadang kepercayaan diripun nggak cukup buat masa depan yang luar biasa. Usaha super keras dan doa yang nggak pernah putus adalah satu komposisi inti yang nggak boleh dipisah sedikit pun. Dan semua yang kita perjuangin di masa-masa yang lalu pada akhirnya memang tidak cukup baik. Atau mungkin hanya sedikit kurang baik.

Seperti ibaratnya masih ada langit diatas langit, dan dibawah laut masih terbentang samudera yang luas. Masih ada usaha yang jauh lebih keras dari apa yang udah kamu lakuin. Masih ada orang-orang yang jauh lebih keras melakukan usaha melebihi kepercayaan diri kamu. Aku yakin, itu tidak bisa dibantah lagi.

Tapi, seperti kata pepatah, banyak jalan menuju Roma. Dan banyak pintu masuk di Lawang Sewu (lah). Memang banyak ujian-ujian menuju sukses berada di depan mata. Walaupun susahnya tiada tara. Tapi, kalo kamu nggak hanya percaya sama kepercayaan diri tingkat tinggimu. Dan menjadikan kepercayaan diri, usaha yang lebih keras lagi, dan ditambah dengan doa yang tidak kunjung putus, aku yakin kamu bisa melakukanya. Menyerah bukan jalan yang bener. Tapi menyerah dengan kemampuan yang kamu miliki, dan menyadari bahwa kemampuan itu harus lebih diasah lagi, siapa tau dibulan depan kamu bisa menjawab minimal 75%. Ato bahkan 100%. Siapa yang tau?

Dan nggak lupa juga, Tuhan yang kita miliki memang nggak pernah tidur. Jalan yang menurutmu adalah masa depan cerah berarti bukan yang terbaik menurut Tuhan-mu. Percayalah, Dia tidak pernah membiarkan semuanya jadi nggak ada artinya sama sekali, termasuk hidupmu. Karna kita semua tau, Allah maha adil.

Karena memang tidak ada mimpi yang bisa ditawar. Kesuksesan bukan soal yang tercepat, karena yang tercepat belum tentu yang terbaik. Jalan yang tercepat belum tentu jalan yang bisa bikin kamu selamat. Masih banyak jalan, walaupun penuh tikungan yang membahayakan, dan usaha keras untuk melaluinya. Mungkin itulah jalan terbaik, yang membawa aku, kamu, dan kalian semua menuju sebuah kesuksesan. Dan bahkan kesuksesan mu ngga pernah bisa diukur hanya dari mana kamu menimba ilmu, tapi dengan seberapa berat perjuangan yang udah kamu lakuin untuk meraihnya.


Untuk kamu yang tidak lolos SNMPTN, dan untuk diriku sendiri yang masih mencari jalan terbaik menuju kesuksesan, bersemangatlah. 
Share:

Friday, 13 March 2015

Kepada Orang yang Tidak Punya Hati untuk Dicintai


Kepada, orang-orang yang sedang tidak memiliki hati untuk dicintai, bersabarlah. Karena bersabar memang satu-satunya hal yang bisa kamu lakukan sekarang. Karena bersabar merupakan wujud cerminan atas dirimu yang memang masih pantas untuk mencintai sebuah hati.



Kepada, orang-orang yang sedang tidak memiliki hati untuk dicintai, percayalah. Pada akhirnya, kamu hanya perlu mensyukuri apa yang telah kamu miliki. Entah itu hari ini, atau hari kemarin dimana kamu selalu tegar berdiri. Walaupun hati yang kamu perjuangkan tak pernah menyadari akan apa yang telah kamu lakukan. Walaupun hati yang kamu tunggu tak kunjung mendatangimu. Walaupun hati yang kamu mau tak pernah menyadari dalamnya rasa dalam dirimu. Karena kelak, hati-hati itu akan tau betapa sakitnya berjuang tanpa dipandang, betapa bosannya menunggu tanpa ada satupun yang tau. Mungkin mereka hanya pura-pura tidak tau. Atau memang mereka tidak pernah mau tau. Semua itu tidak akan berarti jika kamu masih mampu menunggu, masih mampu berjuang, bahkan masih mampu mendalami lagi rasa yang sedikit demi sedikit mulai mati. Tidak ada yang salah dengan orang-orang yang mencintai orang lain tanpa ada sedikitpun celah untuk menyerah.



Dan memang semua orang tau. Kesabaran memang ada batasnya. Menunggu memang ada bosannya. Dan mencintai akan menemui suatu cinta yang telah mati. Dan kamu pasti tau, kapan kamu harus berhenti, bukan karena menyerah. Tapi karena memang kamu pantas untuk itu. Pantas untuk berhenti karena tau, semua itu tidak dihargai. Meninggalkan sedikit demi sedikit tempat yang ingin kamu singgahi, tapi tidak pernah terjadi.



Jadi, jika memang kamu sudah berhasil pergi, maka tetaplah berdiri lagi. Bersiaplah untuk jatuh cinta kembali. Untuk mendapat kebahagiaan lagi. Untuk menghapus hati-hati yang seakan sudah tak berarti. Mungkin memang tidak menghapus semua kenanganya. Hanya membersihkan sedikit saja, agar ada ruang kosong untuk hati yang sudi masuk ke dalam sini. Untuk hati yang sanggup menghargai.



Karena disetiap gelap, pasti akan ada terang. Disetiap mendung, pasti akan berganti cerah. Disetiap cobaan, pasti ada hikmah. Dan disetiap luka yang menganga, pasti ada senyum bahagia setelahnya.



Karena orang-orang yang tidak punya hati untuk dicintai, suatu saat pasti akan bahagia. Karena cinta.
Share:

Monday, 20 October 2014

Terima Kasih untuk 240 Hari Bahagianya


Menjalin sebuah hubungan itu terkadang membuat kita harus rela berkorban. Berkorban seperti sebuah es batu yang rela lenyap demi menyatu dengan teh panas. Atau seperti air yang rela menguap demi memadamkan amarah api. Atau terkadang, rela melepaskan agar pasangan kita bisa bahagia dengan orang lain.
Terkadang juga, dalam menjalin sebuah hubungan, lama atau tidaknya waktu yang kita habiskan bersama dengan pasangan kita, tidak menjamin hubungan yang kita jalani akan bertahan selamanya. Persis seperti apa yang gue dan mantan gue, sebut saja Fanni, rasakan. Pada awalnya gue nggak nyangka, hubungan yang kita jalin bisa sampai berumur 8 bulan. Bukan waktu yang sebentar untuk 2 remaja labil dengan perbedaan umur terpaut 2 tahun ini. Dan juga bukan waktu yang singkat untuk 2 orang yang beda sifat ini.
Perlu gue beri tahu, Fanni, cewek (yang dulunya) kelas 2 sebuah SMA swasta didaerah Sidoarjo ini, berpawakan kecil mungil, dengan kulit putih, dan wajah cantik sekaligus imut, yang membuat gue bener-bener berlebihan untuk mendeskripsikanya di tulisan ini. Tapi ini memang sesuai dengan kenyataanya. Bandingkan dengan gue, (dulu) pacar dia, berpawakan kurus kering, dengan kulit abu-abu kecoklatan, dan wajah gembelable. Sudah pasti tanpa keberuntungan tingkat tinggi, gue gabakal bisa dapetin dia.
Kelebihan-kelebihan fisik tersebut masih ditambah dengan sifat dia yang berbanding sangat terbalik dengan gue, Fanni adalah mantan yang paling sabar dan paling pengertian diantara mantan-mantan gue sebelumnya. Dia adalah orang yang paling bisa ngadepin sifat gue yang suka marah-marah gak jelas. Bandingkan dengan mantan-mantan gue sebelumnya, mungkin sebulan atau bahkan seminggu, mereka uda melambaikan tangan ke kamera. Tanda sudah menyerah.
Kembali ke awal, gue kenal Fanni karna dia adalah teman dari mantan gue juga, Nia (nama sesuai postingan sebelumnya). Gue kenal Fanni sudah sejak gue pacaran dengan Nia. Lumayan lama. Gue inget, waktu itu, masih seperti biasa, awal kedekatan gue dengan dia dengan melalui BBM. Waktu itu gue inget, setelah sekian lama ngga pernah muncul di recent update, dia mengupdate sebuah status yang menandakan bahwa dia sudah kembali online. Sedikit iseng, gue chat dia. Dia pun membalas chat yang gue kirim dan mengatakan “tumben”. Dan seperti biasa juga, langsung focus, gue mencari topic pembicaraan yang bisa membuat kita saling mengenal lebih jauh satu sama lain.
Percakapan-percakapan yang kita lakukan di BBM makin lama makin intens. Pada awalnya gue ngga terlalu berharap dia membalas BBM gue. Namun takdir berkata lain. Hari demi hari, percakapan yang kita lakukan semakin sering. Dan seiring dengan semakin seringnya percakapan yang kita lakukan, semakin sering juga benih-benih cinta yang ada didalam hati gue semakin cepat tumbuh.
Tanpa butuh waktu lama dan hal romantis, gue bisa dapetin hati Fanni. Ntah benda apa yang membentur di kepala dia pada malam hari sebelum dia tidur, dia mau menerima gue, yang gue rasa semua hal ini gue lakukan seakan-akan berjalan begitu saja. Tanpa usaha. Tapi, bukan berarti gue ngga serius menjalin hubungan dengan dia.
Setelah beberapa lama kita pacaran, kita akhirnya saling merasa bahwa kita berdua harus bertemu. Gue ajak dia ketemuan, dan dia menyanggupinya. Gue masih inget, waktu itu kita bertemu di sekolahnya, gue jemput dia.
Waktu itu gue inget, gue nunggu dia di pinggir jalan raya di depan sekolah dia. Gue masih inget gimana dia mengeluhkan kenapa gue harus nunggu di pinggir jalan raya, yang katanya jauh dan panas banget buat sampai ke mobil gue. Gerutuan-gerutuan di telepon itu semakin membuat dia semakin lucu, imut. Gue jawab, cinta itu butuh usaha kan. Lalu di kembali menjawab, kamu lurus-lurus aja tuh, usahanya dikit. Gue ketawa, skakmat.
Tak berapa lama dia sampai disamping mobil gue, tidak segera masuk. Sedikit iseng, gue buka kaca tepat didepan dimana dia berdiri, lalu gue nyeletuk, maaf mbak ngga ada uang recehan. Dengan bibir merah muda kecilnya dia tertawa, serasi.
Setelah dia duduk disamping gue, dan beberapa menit mendengar keluh kesah perjuanganya jalan kaki menuju mobil gue, gue Tanya kita mau kemana. Setelah beberapa perdebatan kecil, akhirnya kita putuskan untuk menuju ke suatu tempat, menghabiskan waktu bersama.
Singkat cerita, gue mengantar dia kembali kerumahnya. Ditengah perjalanan dia cerita tentang keluarganya. Focus utama yang dia ceritakan adalah ayahnya. Seseorang yang ngga lama lagi akan gue temui. Fanni bercerita panjang lebar, soal ayahnya yang kaku, yang ngga pernah bisa nerima begitu saja teman cowok anak perempuanya ini. Yang akhirnya dengan sangat sukses bisa gue rebut hatinya sedikit demi sedikit. Lumayan bagus.
Berbulan-bulan hubungan kita terjalin, tidak cukup mulus. Banyak masalah yang harus kita lalui. Masalah-masalah itu biasanya timbul karena sifat gue yang luar biasa ngeselin ini. Tapi, dengan luar biasa juga Fanni mampu menghadapinya, mampu meredam amarah gue, mampu meredam rasa cemburuan gue, mampu meredam rasa curigaan gue. Dia mampu semuanya.
Banyak hal-hal menyenangkan yang kita lalu bersama di awal hubungan ini. Jalan-jalan, makan malam, dan hal-hal menyenangkan lain. Kita juga sudah saling mengenal keluarga kita satu sama lain. Gue uda pernah mengenalkan dia dengan Ayah dan Ibu gue, dan dengan mulusnya dia disukai oleh mereka. Dan begitupun sebaliknya, gue selalu diterima dengan baik oleh kedua orang tua dia.
Sampai pada 7 bulan hubungan kita berjalan, gue ngerasa ada yang salah dengan hubungan kita ini. Gue rasa, gue dan Fanni semakin lama semakin menjauh. Hubungan kita semakin lama semakin datar. Gue inget, gue pernah bilang sama dia, kalo hubungan kita itu ngelewatin 2 fase. Fase pertama, kita ini bagaikan naik arung jeram. Hubungan kita pada awalnya sangat seru dan penuh drama, ada kalanya kita berada disituasi yang menegangkan karena harus melewati sebuah jeram yang mungkin bisa membuat “perahu karet” kita terbalik, dan hancur. Namun ada kalanya kita berada di situasi yang membuat kita saling tertawa lepas karena bisa melewati jeram yang mengancam.
Dan fase yang kita lewati sekarang, adalah fase dimana kita bagaikan menaiki kapal pesiar ditengah lautan yang tenang. Hubungan serasa berjalan lurus dan datar, tidak ada jeram yang mengancam, tidak ada ombak yang mengguncang. Drama yang awalnya selalu ada, sekarang menjadi berkurang jauh. Membosankan.
Seiring berjalannya waktu, hubungan kita semakin lama semakin datar. Kita jadi lebih jarang bertemu. Disamping jarak rumah kita yang lumayan jauh, dan ditambah lagi dengan tingkat kemacetan tingkat tinggi didaerah dekat rumah dia, belum lagi tugas-tugas kuliah gue yang semakin lama semakin menggila. Jarang bertemu membuat kita jadi lebih jauh. Jadi lebih sering berantem, jadi sangat mudah berkata putus, dan jadi lebih sering berpikir untuk saling meninggalkan satu sama lain.
Setelah genap 8 bulan hubungan yang kita lalu, kita akhirnya memilih untuk sendiri. Memutuskan hubungan selama 240 hari yang luar biasa itu. 240 hari yang membuat gue menjadi semakin dewasa dan mungkin bisa merubah sifat buruk gue. 240 hari yang membuat gue jadi sedikit romantis. 240 hari yang mungkin ngga bakal terlupakan dalam hidup gue, yang bisa gue ceritain ke anak cucu gue nanti. 240 hari yang membuat gue sadar tentang hubungan ini, bahwa gelap itu ngga ada. Yang ada itu kekurangan cahaya. Padahal kalo lampu diluar dinyalain atau bulan bisa lebih terang. Mungkin kita bisa melihat pemandangan bagus. Mungkin kebosanan yang sudah menggelapkan hubungan ini. Tapi semua mesti harus berjalan.
Dan satu lagi, walaupun akhirnya belum tentu bahagia, setidaknya kita pernah tersenyum bersama. Aku dengan segala kekuranganku, dan kamu, dengan segala kelebihanmu.
Selamat ulang tahun.


Share:

Monday, 17 March 2014

Sajak untuk Kekasihku

Seperti sebuah rokok yang di hirup
oleh Bapak separuh baya di sampingku ini

 Mungkin seperti itu cinta kita, sayang
Aku dapat membayangkan, bahwa kau adalah asapnya
Asap beracun yang tak kutahu mengendap dalam paru-paru
setiap aku menghirupnya

Mungkin seperti itu cinta kita, sayang
Asap beracun yang setiap saat bisa membunuhku tiba-tiba
atau hanya sekedar menikamku dari belakang tanpa aba-aba

Mungkin seperti itu perasaanku, sayang
Hisap demi hisap rokok seperti cemburu di pagi buta
Menyisakan nikmat yang tak abadi,
namun diam-diam menggerogoti hati

Ini sajak untukmu, Dewi Malamku
Ini sajak cemburu, untukmu
Dewi Malamku

Ini sajakku untukmu, sayang
Sajak untuk sekedar mencumbumu mesra di pagi buta
Sajak untuk sekedar memandangmu ketika tertidur manja
Sajak untuk sekedar membelai rambutmu yang indah mempesona
Bukankah itu mudah, sayang?

Ini sajakku untukmu, sayang
Ini sajakku untukmu, kekasihku

Share:

Tuesday, 18 February 2014

Jodoh Version

Nemu artikel ini di Facebook pas buka catatan-catatan jaman gue masih alay dulu (mungkin sampe sekarang, entahlah). Nih gue share lagi, kali aja bisa bikin ketawa (atau mungkin juga ngga, yauda sih). Nih!

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, Jauhkanlah. (edisi wajar)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, Tolong dibantu yak! Bimsalabim jadi apa prok 3x! (edisi Pak Tarno)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, tolong dicek lagi ! Mungkin salah baca. (edisi ngotot)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, TER LA LU… (edisi Bung Rhoma)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, tolong isi pulsa mama yaaaa. (edisi penipu)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, temennya lucu juga. (edisi nawar)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, pecahkan saja gelasnya biar ramai. (edisi Rangga)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, ya sudahlah… (edisi Bondan)

ya Tuhan.. jika dia jodohku, dekatkanlah. ..kalau dia bukan jodohku . .Dari dulu beginilah cinta, , sungguh deritanya tiada akhir (Edisi Pat Kay)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, lindungilah dia! Jangan sampai dia tertukar ato hilang. (edisi sendal saat Shalat Jumat)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, Prikitiew…(Edisi Sule)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku APAAN TUUH ! (versi Jaja Miharja)

Ya Tuhan kalo dia jodohku maka dekatkanlah , jika bukan biar hujan menghapus jejakmu (versi peterpan)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, Kami menuntut perubahan..! (edisi mahasiswa
demo)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. kalau dia bukan jodohku, berarti kena zonk! (edisi super deal)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku,dekatkanlah…klo bukan jodohku,yang lain pasti ketinggalan (edisi iklan yamaha)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, maka dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, aduuuuh… ga gini2 juga kaleeeee… (versi sketsa )

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Karena aku ingin menjadi yang halal bagimu… (edisi Ayat-ayat cinta )

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, SALAH GUE?!! SALAH TEMEN-TEMEN GUE? (edisi AADC)
Share: