Thursday 15 June 2017

Tentang Cinta di Kepala Dua

            Diumur 20 an ini, banyak hal-hal yang sebenarnya tidak baik baik berubah menjadi sesuatu yang wajar-wajar saja. Jatuh cinta dengan sahabat, perselingkuhan, dan hal hal tidak baik lainnya yang seakan-akan menjadi biasa saja.
           
            Bukan hal yang menyenangkan ketika kita mengetahui pasangan kita berpaling kepada orang lain, dengan atau tanpa sebab yang jelas. Berbagai ekspresi dan reaksi pasti akan muncul dari dalam diri kita. Marah, kesal, kecewa, benci mungkin adalah reaksi yang paling sering terjadi. Lalu, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya? Menghancurkan pilihannya untuk berpaling, atau mencari jalan lain dengan move on kepada orang yang lebih baik? Atau mengikhlaskan kepergiannya dengan tersenyum ikhlas? Mungkin saya akan memilih yang terakhir, ya, walaupun akan terasa sangat berat, bahkan membaca nya saja seperti mustahil untuk dilakukan.

            Dalam sebuah hubungan yang mengatasnamakan cinta diumur yang sudah berkepala 2 ini, kita tidak bisa membatasi apa saja yang dia lakukan. Menjadi pengamat dari kejauhan saja sudah lebih dari cukup, atau lebih bagusnya lagi kita menjadi penyemangat bagi dia yang sedang mengeksplor dirinya untuk merancang masa depannya. Akan lebih baik lagi, jika impian-impian dimasa depan itu dirancang bersama.

            Lalu bagaimana ketika hubungan kita sudah sejauh itu, pasangan kita malah berpaling? Hal miris dan mengenaskan itu terjadi kepada saya beberapa waktu yang lalu. Ketika sudah banyak sekali rencana masa depan yang ingin diwujudkan bersama, tiba-tiba si dia berpaling. Lantas siapa yang pantas disalahkan? Mungkin tidak ada. Atau mungkin saya bisa menyalahkan diri saya sendiri. Atau mungkin, ini semua adalah tentang pilihan. Saya yakin, hal terberat dalam urusan percintaan adalah bukan bagaimana cara mendapatkannya, hal terberat itu adalah dua pilihan, bertahan pada pilihan atau meninggalkanya demi orang baru.
           
            Sama seperti apa yang saya alami beberapa waktu lalu. Saya tidak pernah menyalahkan dia mengapa sampai hati dia berpaling. Mungkin itu adalah salah saya yang tidak membiarkannya mengeksplor dunianya. Atau mungkin ada orang baru lebih menantang dari pada saya saat itu. Tidak ada yang tahu. Yang saya tau, ketika seseorang memilih untuk bertahan pada pilihan, itu artinya ada sesuatu yang bisa diperbaiki dan diperjuangkan demi masa depannya. Namun, ketika dia memilih meninggalkan, mungkin dia tidak menemukan hal yang dia butuhkan untuknya di masa depan di dalam diri kita. Menyedihkan bukan?

            Ya memang kenyataanya seperti itu. Anggap saja bahwa saat ini hidup adalah sebuah bandara, banyak orang datang dan pergi silih berganti, namun mereka hanya sekedar singgah. Lalu akan ada saatnya hidupmu akan berubah menjadi sebuah rumah bagi orang lain, suatu tempat yang nyaman untuk dirimu dan pasanganmu. Menjadi tempat untuk kembali setelah sekian lama pergi.
           
            Di umur yang sudah mempunyai 2 kepala ini mungkin kita masih dalam tahap pencarian. Banyak orang yang datang dan pergi dari hati tanpa permisi. Tidak usah terlalu kecewa karna pada dasarnya kita memang masih sama-sama mencari masa depan kita di diri pasangan kita.

            Cukuplah percaya bahwa Tuhan akan menggantikan sesuatu yang dianggapnya buruk dengan sesuatu yang baik.

            Dan mungkin, Tuhan juga menggantikanmu dengan orang yang lebih baik nanti. Tanpa berpaling sekali lagi. Tanpa menyakiti hati lagi.

            
Share: