Friday 23 October 2015

Fenomena Grup Line

Beberapa hari yang lalu untuk pertama kali dalam hidup saya (eaaa) masuk kedalam sebuah grup Line. Pada awalnya saya ngga pernah tau gimana rasanya berada pada sebuah grup Line.

Pada awalnya saya diundang oleh salah seorang teman yang ada pada friend list Line saya. Awalnya saya heran, ini toh rasanya berada dalam sebuah grup. Notifikasi ngga pernah berhenti berbunyi. Saya pun heran, dan bertanya dalam hati, “Ini membernya udah pada saling kenal berapa tahun ya? Kok akrab banget.” Tanya saya dalam hati. Entah ini yang dinamakan asik, atau sok asik, saya sendiri kurang begitu paham.

Selang beberapa waktu saya berada didalam grup, ternyata saya menyadari bahwa sebenernya mereka ini belum kenal lama. Bahkan lebih menyedihkan lagi, mereka belum pernah bertemu satu sama lain. Dan yah, sepertinya cuman sok asik didalam chat room grup tersebut.

Dan memberpun dibagi dalam 2 jenis. Oldmember dan Newmember. Oldmember adalah mereka-mereka yang sudah lama (menghabiskan waktunya untuk tiap hari mantengin hp) di grup tersebut. Sedangkan Newmember adalah mereka yang baru masuk kedalam grup. Biasanya mereka adalah anak-anak yang dengan histerisnya berebut agar bisa masuk kedalam grup yang lagi mengadakan OPMEM alias open member. Kamu harus tau, open member grup Line bahkan setara dengan open member Tentara Nasional Indonesia. Yah, ada banyak syarat yang harus dipenuhi.

Banyak sekali syarat-syarat yang mesti diajukan agar bisa masuk kedalam grup tersebut. Diantaranya:
1.      Harus melakukan screenshot berapa grup yang telah diikuti. Sedikit berargumen, mungkin tingkat ke-eksis-an seseorang dilihat dari berapa grup yang telah diikuti. Sepertinya. Begitu.
2.      No siders (siders=silent reader/member yang hanya jadi pembaca pasif alias tidak pernah ikut chatting). Padahal pada kenyataanya, para member-member baru yang aktif chat di chatroom (yaiyalah chatroom) malah kebanyakan tidak ada yang merespon. Kecuali kalo dia cakep. Bagaimana dengan tampang yang seperti saya? Ikut nimbrung di chatroom selain tidak ada yang merespon, member baru bertampang mutan kaktus seperti saya bakal dibilang sok asik. Ujungnya? Di kick.
3.      No kickers (kickers=orang-orang kurang kerjaan yang saya ngga pernah paham apa misi dari para kickers yang dengan sengaja meng-kick member-member yang ada didalam grup)
Dan masih banyak lagi syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Dan setelah melewati masa-masa perkenalan tentang apa itu grup Line, akhirnya saya semakin penasaran. Saya mulai masuk dari grup satu ke grup yang lain. Banyak banget perbedaan antara satu grup dengan grup yang lain.

Ada grup yang member sampai ownernya kebelet banget buat eksis (walau hanya di dunia maya). Ada yang sok cantik, sok lemah, sok ganteng, bahkan sok kaya. Ada yang dinamakan Bokepers (dimana hal-hal yang dibicarakan selalu berhubungan dengan seks, biasanya dilakukan oleh para jomblo-jomblo yang sudah mulai ditumbuhi sarang laba-laba karna sudah lama tidak dijamah), ada yang katanya keluarga tapi saling menjabat tangan satu sama lain aja belum pernah, da nada grup yang isinya kickers yang sekali lagi saya katakana saya tidak pernah tau apa tujuan hidup dari para kickers tersebut.

Ada  grup yang melakukan open member dan memperlakukan member baru nya dengan cara yang kurang manusiawi. Member yang baru join dan jarang muncul akan di kick (hanya beberapa jam setelah member tersebut join), member baru jarang sekali ada yang merespon (sekali lagi, kecuali dia cakep dan display picture sedang mengemudi kendaraan roda 4), member yang ikutan nimbrung dibilang sok asik secara langsung, singkat, padat, dan jelas. Terlebih jika member tersebut bertampang seperti saya.

Dan untuk pertama kalinya, saya mengikuti sebuah acara meet up  yang mereka adakan. Atas dasar penasaran saya pun menghadirinya. Dan atas tujuan memperat tali persaudaraan dan untuk melakukan sharing, yang walau pada kenyataannya hanya member yang cakep yang diajak ngobrol. Sebuah kenyataan pahit bagi orang-orang bermodal tampang dibawah rata-rata seperti saya, untuk bisa (yang katanya) “Sharing” antar member. Meet up? F**king kidding me.

Banyak sekali bahasan-bahasan yang dilakukan didalam chatroom. Kalo agak malem yang dibahas berhubungan dengan bokep (dan mirisnya, banyak gadis-gadis yang memancing terlebih dahulu), selalu send location kalo lagi disuatu tempat yang hits (ngga ada satupun yang send location di sebuah tempat ibadah, sad but true).

Yang paling ngeselin adalah ketika grup tersebut kemasukan kickers. Semua langsung panik. Owner marah-marah ke semua member. Yang katanya tidak bisa menjaga grup dengan baik. Yang dia ngga tau, banyak yang lebih penting dalam hidup dari sekedar mengurus beginian. Hadeuh.

Dan sampe sekarang pun saya masih kurang begitu paham maksud dan tujuan di bentuknya grup yang kurang begitu jelas. Hey, letakkan handphone mu. Lihat sekitar. Masih banyak yang lebih asik dikehidupan nyata dari pada hanya sekedar bercanda via aksara. Post ini saya tulis tanpa sedikit pun untuk menyerang kalian wahai generasi muda. Sampai kapan hidupmu hanya sebatas duduk-tidur-bacain chat grup. Buka pintu rumahmu. Dan nikmati dunia yang sebenarnya.


Dan jangan hanya karena kamu menemukan teman baru yang lebih asik (asik dichatroom doang) lalu kamu meninggalkan temen lamamu (yang asik pada arti yang sebenarnya didunia nyata). Hidup hanya sekali, masa iya cuman liat Handphone dan ketawa-ketawa sendiri? 
Share:

0 comments:

Post a Comment